Sabtu, 24 Oktober 2015

Traveling to see the natural beauty

I like traveling, to see the natural beauty and marvel at the greatness of Allah. If I have much money i want to traveling to other countries such as : Arabic, England, Indian, Turkish, French, and Tiongkok. I would like to know the habits of the country, studied Islam and enjoy the greatness of Allah.

Every month I and Parents usually travel for pilgrimage or nature. Because I enjoy the beauty given by Allah to give a their own happines to me and my parents.

I have visited Pandeglang, Banten. There is "Batu Qur'an" nature and pilgrimage to the tomb of Syeikh Mansyur. Even more amazing are the springs "Kahuripan" that never dry despite the dry season. There also exist to the tomb of Wali Allah, Syeikh Muhammad Soleh located in Mount Pupils, Northwest of the North coast of Banten.

Ini ceritaku sewaktu berziarah ke Banten 😁

Kamis, 22 Oktober 2015

Shahrukh Khan

Shahrukh Khan was born in New Delhi, on 2 November 1965 (50 years old). Shahrukh Khan is a bollywood actor who starred in many films - grossing indian films. One film was Kuch Kuch Hota Hai, which is phenomenal film that makes Shahrukh Khan is increasingly recognized worldwide.
Shahrukh Khan was born from a muslim family. His father name is Muhammad Mir Taz and mother name is Fatima Begum. College education S1 majoring in economics at a University in India, and S2 communications at an Islamic University in India. Shahrukh Khan began his career as an actor since college.

Shahrukh Khan inspired many people with his acting, he is also known throughtout the universe and to this day he is still the king of Bollywood. During the 23 years journey in Bollywood, arguably do not take place very smoothly. There are several obstacles that he want through, including affairs with several demands from the public and gossip about the family. However, behind all that, to this day the name of Shahrukh Khan is still one of the biggest magnet in India. Whatever the film, although much can be criticized, it remains as outstanding success.

Sabtu, 10 Januari 2015

Menjelang ajal Nabi Muhammad SAW

Mengharukan ‘Detik Detik Rasulullah S.A.W
Menjelang Wafat’

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata
memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada
dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa
mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama
masuk surga bersama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan
mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam- dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala nitu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat
dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya.

Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku
sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada
Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”.
”Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah
menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah,dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah
malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di
atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

” Jibril, jelaskan apa hakku
nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi.
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib
umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman
kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.
Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

”Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh,
karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.“

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.”Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum –
peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Alikembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku”

Dan,
berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi
sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad
wa’alaihi wasahbihi wasallim.

Betapa cintanya
Rasulullah kepada kita. Tidak Usah gelisah apabila dibenci
manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu.

Aamiin ya Rabbal Alamiin..